Reviewmu.com

Minggu, 29 Juni 2008

Dreams


Dreams atau Impian atau cita2, apa yang anda tahu tentang impian?
Impian adalah sesuatu yang menentukan kesuksesan anda kedepan
impian adalah sesuatu yg dapat menentukan arah anda ke depan.
95% yg menentukan kesuksesan anda adalah impian anda, sementara yg 5%nya adalah tehnis
tapi masih banyak orang yg ingin memulai sebuah bisnis masih ribut mempermasalahkan yg 5%, saya gak punya modal, saya gak bisa ngomong, saya orang miskin dan lain2 alasan.
sebenernya apapun latar belakng anda, anda bisa sukses
kuncinya gampang sekali, selalu fokus pada impian anda dan jangan pedulikan orang lain mau ngomong apa tentang anda, karena mereka orang2 negatif yg akan mencuri impian anda.
misalkan anda ingin menghajikan orang tua, ingin punya rumah mewah, ingin jalan2 keluar negeri, ingin punya mobil mewah, maka fokuskan pada impian anda itu.
saya punya contoh yaitu thomas alfa edison, dia adalah seorang penemu lampu
dia dulu waktu masih melakukan percobaan dianggap gila oleh banyak orang, dan berkali2 gagal, berkali2 meletup dalam melakukan percobaan yg mengakibatkan kedua telinganya jadi tuli.
tapi karena kerja keras dia, dan fokus pada impian dia akhirnya karya thomas alfa edison bisa kita nikmati sampe sekarang.coba anda bayngkan apa jadinya bila dulu thomas alfa edison down menghadapi hinaan banyak orang, mungkin saja sekarng kita gak bisa menikmati terangnya cahaya lampu di malam hari.
Begitu juga dengan anda, fokuskan pada impian anda, kerja keras, tahan terhadap hinaan orang lain, bangkit dari kegagalan, saya yakin 2-3 th yg akan datang anda akan menikmati hasilnya.
salam sukses
yahya widodo

Kamis, 26 Juni 2008

Kita ibarat selembar kertas

Pada suatu hari saya mengikuti sebuah seminar bisnis di solo, dengan pembicara seorang profesional bisnis yg sudah sukses sebut saja namanya bapak imam.
beliau dari lata belakang seorang pengusaha tambal ban profesional alias tukang tambal ban di pinggiran terminal tirtonadi.
dan dengan di lengkapi terlibat banyak uatang dimana-mana, lengkap sudah penderitaanya.
tapi berkat tianshi dan unicore, sekarang beliau sudah sukses
beliaulah yg menjadi inspirasi saya dalam mendulang kusuksesan saya.
saya yakin saya bisa sukses.
" succes is my right" itulah kata andrie wongso..
"bahwa semua orang berhak untuk sukses
bahwa semua orang sudah di takdirkan untuk kaya, tergantung dari kecerdasan kita dalam menggapai kesuksesan, latar belakang apapun semua bisa sukses.
tergantung dari kemauan dan kerja keras dan cerdas kita, itulah kata beliau saat mengisi seminar bisnis kemarin yg amat sangat berkesan di hati saya.
beliau berkata lagi dan mengambil selembar kertas " kita ibaratnya adalah selembar kertas, bila selembar kertas itu kita lempar dengan sekuat tenaga, kertas itu tidak akan terlempar jauh bahkan kertas itu hanya bisa jatuh di samping saya " katak pak imam.
lalu pak imam mengambil kertas itu dan meremas-remasnya hingga terbentuk seperti bola lalu melemparnya lagi dengan sekuat tenaga, dan hasilnya kertas yg sudah berubah bentuk jadi bola dan tidak beraturan bentuknya itu bisa terlempar jauh.
pak imam berkata " sekarang anda lihat khan? kertas bisa terlempar jauh tapi harus berubah bentuk dulu.
begitu juga dengan kita, kita ibarat kertas, kita harus berubah bila kita ingin sukses
bila kita masih belum berubah dengan kebiasaan kita hari ini, kita masih malas, masih nyaman dengan keadaan kita, maka selamanya akan biasa2 saja..
sekarang coba bila anda berkumpul dengan orang2 positif, yg mempunyai kebiasaan positif, yg mempunyai misi yg sama, saya yakin satu atau dua tahun yg akan datang hidup anda akan berubah...
terakhir pesan saya" kejar impian anda, hadapi rintangan, kebal terhadap hinaan, saya yakin 3 tahun yg akan datang anda pasti bisaaa........" kata beliau dengan mengakhiri seminar itu.

Perahuku

Pernah menaiki perahu? Kapal laut atau sejenisnya?
Perahu, dapat digerakkan oleh alam, dapat pula digerakkan oleh kekuatan sang pendayung.
Tak peduli apakah perahu tersebut bergerak oleh salah satu kekuatan itu atau kolaborasi di antaranya, yang jelas perahu itu harus diarahkan oleh seorang nahkoda, atau ia akan kehilangan arah dan tersesat tanpa mencapai tujuannya.
Dalam menyeberangi lautan luas, gelombang laut menjadi bagian yang tak terpisahkan darinya, kadang ada gelombang besar yang datang, kadang hanya berupa riak-riak kecil yang mengelitik.
Perahu tanpa nahkoda akan terhempas, rusak bahkan karam ketika badai menerpa.

Perahu Tempatnya adalah di Air

Kekuatan Alam seperti badai dan gelombang besar adalah tak terelakan, perahu harus menghadapinya bahkan ketika ia tidak berkeinginan bergerak sama sekali, atau bahkan pada saat berdiam diri di pelabuhan sekalipun. Itulah hukum alam, Perahu tempatnya adalah di Air, dan air selalu mengandung gelombang dan riak-riak kecil.
Alam kadang bertindak sebagai pengerak. Angin dan arus laut akan membuat perahu melaju dengan kencang. Pada saat itu, nahkoda akan membuat perahu tetap terarah dan tidak terbawa arus, kecepatan perahu itu harus dikendalikan, laju yang terlalu kencang tanpa terkendali kadang akan mencampakkannya bahkan meremukannya.
Alam kadang juga bertindak sebagai "Obstacle" Pada saat inilah, kemahiran nahkoda dalam mengendalikan perahu diuji, Kemampuan menggabungkan keahliannya dan pengetahuan alam menjadi sangat penting. Kesalahan yang kecil sekalipun pada saat badai menerpa akan segera menghancurkan perahu itu berkeping-keping.

Metamorphosis

Dengan semakin bertambahnya "Jam terbang", perahu akan semakin kokoh dan mengalami metamorphosis, perahu kayu yang lemah akan segera menjadi kapal laut yang besar, yang lebih stabil, yang lebih tahan menghadapi gelombang besar, yang lebih mampu menampung impian-impian luar biasa, lengkap dengan alat-alat navigasi yang canggih, dengan baling-baling penggerak, dengan system operasional yang jauh lebih baik. Dan yang tentunya dengan nahkoda yang jauh lebih berpengalaman. Perahu itu akan di-Up grade dari masa ke masa.

Disiplin

Dalam menyeberangi lautan lepas, perahu itu akan membawa penumpangnya. Nahkoda selain mengarahkan perahu tersebut, ia juga harus mampu mengendalikan penumpangnya. Ia harus berhasil menjinakkan penumpang liar, bahkan menurunkan mereka yang tak mau bekerjasama dengan sang nahkoda. Disiplin harus ditegakkan, jika ia tak ingin perahunya oleng dan terbalik oleh keliaran penumpangnya.
Kembali ke dunia nyata, jika perahu itu adalah diri kita maka kita sendiri pula yang menahkodainya, kita diberi kuasa penuh untuk mengendalikan diri kita sendiri, mendisiplinkan diri kita sendiri, dengan memberanikan diri membuang penumpang-penumpang liar yang ada di pikiran kita, membuang energi-energi negatif yang mencoba berkembang.
Agar kita menjadi perahu besar yang kokoh dan kuat dalam mengarungi lautan kehidupan.

Salam Sukses Selalu

Diposting from andirewongso.com

Harga sebuah kesuksesan

Dalam sebuah seminar, seorang motivator terkenal memulainya dengan mengeluarkan sehelai uang Rp.100.000,-. Ia mengangkat uang tersebut tinggi-tinggi, sambil mengajukan sebuah pertanyaan kepada lebih dari 2.000 peserta seminar. "Siapa yang menginginkan uang ini?" Tak ayal sebagian besar peserta mengacungkan tangan. Motivator tersebut melanjutkan kalimatnya, "Baik! Saya akan memberikan uang ini kepada salah satu diantara Anda. Tetapi sebelum itu saya akan melakukan sesuatu."Motivator tersebut menggulung uang kertas itu. Sekali lagi ia bertanya kepada hadirin, "Siapa yang masih menginginkan uang ini?" Tak berbeda dengan sebelumnya, hampir semua peserta seminar tersebut mengacungkan tangan, pertanda mereka masih menginginkan uang itu.Melihat respon peserta yang tidak berubah, motivator tersebut kemudian menginjak-injak uang tersebut dengan kaki kanan lalu dengan kaki kiri. Setelah uang itu menjadi kotor dan lecek, ia kembali bertanya, "Apakah masih ada yang mengingkan uang ini?"Masih sama dengan sebelumnya, hampir semua peserta mengacungkan tangan. Kemudian dia berkata, "Saudaraku sekalian, dari peragaan tadi saya hanya ingin menunjukkan bahwa siapun ingin memiliki uang itu. Bagaimanapun kondisi uang tersebut tidak akan menurunkan nilainya dari Rp. 100.000,-"

Pesan:

Kisah tersebut menerangkan sebuah kebenaran bahwa kehidupan ini memang sulit. Setiap hari kita menghadapi tantangan kecil, sedang, berat, hingga sangat berat. Tetapi pada dasarnya tantangan kehidupan tidak mengurangi nilai kita sebagai manusia. Sebaliknya tantangan kehidupan sangat diperlukan untuk meningkatkan nilai diri kita.

"The ultimate measure of a man is not where he stands in moments of comfort and convenience, but where he stands at times of challenge and controversy. -

Nilai seorang manusia tidak dapat diukur disaat ia berada di zona nyaman, melainkan bagaimana ia menghadapi tantangan dan kontrovesi," kata Martin Luther King Jr.Tetapi sangat banyak diantara kita yang hanya mengeluhkan kehidupan yang penuh dengan tantangan. Mereka lupa harus belajar sesuatu dari tantangan, rasa sakit dan perjuangan hidup. Karena jika segalanya di dunia ini sempurna, maka kita tidak akan dapat belajar hal baru atau mendapatkan semangat lebih besar untuk berbuat lebih baik dan meningkatkan nilai diri kita sebagai manusia.

Diposting from andriewongso.com

Kursi bambu

Cuma untuk membedakan mana yang penting dan mana yang mendesak, ternyata makin tidak mudah, termasuk dalam soal membeli barang. Karena jika Anda mulai memiliki uang, semua barang menjadi kelihatan penting dan mendesak. Karena semakin maju ilmu pemasaran, para marketer itu juga makin pintar mementing-mentingkan dan mendesak-desakkan dagangan mereka. Akhirnya seluruh barang akan terlihat penting dan mendesak.

Tengoklah almari Anda yang penuh berjejalan itu. Apakah seluruh pakaian itu selalu Anda kenakan? Ternyata tidak. Barang yang tersimpan di dalamnya begitu lama, adalah barang yang kadang amat jarang dimanfaatkan. Inilah ternyata keadaan almari kita itu: ia terlalu sering diisi tetapi amat jarang dikeluarkan. Sampah di mana-mana di rumah kita, tetapi kita sering menganggapnya sebagai barang yang berguna. Ini kalau kita setuju pada definisi sampah berikut ini, yakni: sampah adalah barang yang kita miliki tetapi sama sekali tidak pernah ada gunanya. Jadi membedakan mana yang penting dan mendesak adalah panduan yang begitu tua umurnya, tetapi tidak mudah mendapat kepatuhan begitu saja.

Seperti juga ketika suatu kali aku harus membeli sebuah kursi bambu. Ini jelas bukan barang penting apalagi mendesak. Apalagi di teras rumahku telah penuh kursi. Begitu penuhnya sehingga seluruh teras itu isinya malah cuma kursi melulu. Semua ini gara-gara aku terlalu lama tidak punya kursi, sehingga siapa saja tetangga yang hendak membuang kursi lamanya, langsung teringat keadaanku. Akibatnya di teras rumah itu, kini penuh kursi pemberian. Jadi kesulitanku sekarang bukan lagi bagaimana menambah tetapi sudah berganti bagaimana mengurangi.

Dari perhitungan ini, membeli sebuah kursi lagi, bukan cuma tindakan yang tidak penting dan tidak mendesak, tetapi juga sebuah kekonyolan. Tetapi hidup memang berisi tidak cuma soal yang penting dan yang mendesak, tetapi juga berisi rasa iba dan tak enak hati. Melihat seorang tua, dengan empat kursi bambu panjang di pikulan adalah pemandangan yang tak mengenakkan. Beban itu pasti berat sekali. Dan cuma empat kursi itu saja yang sanggup dipikul pedagang tua ini. Maka kalau jumlah kursinya masih empat senantiasa, pasti belum ada satupun dagangan itu yang laku.

Melihat beban orang tua ini, aku segera teringat uang Rp 6 milyar yang cuma dibungkus tas plastik untuk bonus seorang oknum jaksa. Teringat pula aku pada tumpukan uang ratusn ribu, pecahan uang terbesar di negaraku, yang cuma ditumpuk di dalam ember kamar mandi seorang koruptor, ketika KPK menggeledah rumahnya. Ada uang berlimpah-limpah di sebelah sana, tetapi ada kerumitan hidup tak terperi di sebelah sini. Maka kursi bambu ini, kubeli tak lebih karena perasaan tak enak hati melihat pendulum sosial yang berat sebelah ini.

Tetapi inlah risikonya, setelah kursi ini terbeli, aku segera bingung sendiri. Di mana gerangan ia harus diletakkan? Tetapi aku kaget sendiri keitka kursi sepanjang ini ternyata ringan sekali. Karena bobotnya itu, aku jadi tergerak untuk membawanya ke lantai atas, lantai kosong tanpa atap yang selama ini sulit diisi perabotan karena tangga menujunya sempit sekali. Tetapi dengan kursi seringan ini, meskipun panjang, dengan sedikit manuver, ia pasti akan sampai ke atas sana. Dan benar akhirnya sampai juga barang ini di sana. Sejak itu lantai atas tempat aku terbiasa menggelar tikar, tiduran sambil membaca itu, telah punya kursi panjangnya.

Di kursi itulah aku memiliki gaya rebahan yang baru. Membaca sambil rebahan, merasakan semilir angin, mengantar matahari terbenam jika sore melihat bintang-bintang jika malam. Tiduran di kursi bambu ini membuat aku sering tertidur tanpa terasa. Tidur dengan kualitas yang amat jarang aku rasakan sebelumnya. Dan setiap kelelahan, aku cukup naik ke lantai tanpa atap ini untuk rebah d kursi ini dan tidur dengan cepatnya untuk bangun dengan gembira. Setiap bangun aku memandang kursi bambu jelek itu. Pikiranku ialah: kursi ini kubeli dengan niat baik. Pantas saja jika ia ganti membawa kebaikan untukku!


Diposting from andrewongso.com

Rabu, 18 Juni 2008

To unlock the potential within, to secure a brighter future

To Unlock The Potential Within, To Secure A Brighter Future

Oleh : Steven Agustinus

Pengaruh potensi yang dimiliki seseorang terhadap masa depannya sangatlah besar. Indonesia adalah negara yang kaya akan berbagai sumber daya, baik alam maupun manusia, tapi untuk bisa memiliki sumber daya manusia yang menunjang, mau tidak mau potensi-potensi yang ada dalam diri seseorang harus dimunculkan dan diasah.
Tanpa terus mengasah potensi, seseorang tidak akan bisa bekerja secara maksimal. Secara otomatis ia akan memiliki kecenderungan untuk bekerja demi mendapatkan gaji dan bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari belaka. Sebetulnya alasan klise seperti itu bisa kita hindari (atau setidaknya diminimalkan), karena jika kita bekerja sesuai dengan potensi yang kita miliki, otomatis kita akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan mendapatkan hasil yang maksimal, secara otomatis masa depan kita akan menjadi lebih baik.



Suka ataupun tidak, setiap orang pasti akan menghadapi persaingan dalam dunia kerja. Sebagai suatu bangsa yang sebentar lagi akan memasuki era globalisasi, secara otomatis kita pun akan mulai bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Di sisi lain, saya mendapati banyak orang asing yang siap untuk ‘menyerbu’ masuk ke Indonesia dengan berbagai potensi yang sudah terasah. Ketika mereka datang, mereka akan masuk sebagai tenaga kerja ahli. Akibatnya, tanpa terus menggali potensi dan keahlian yang kita miliki, kita tidak akan bisa bersaing dengan orang-orang asing yang memiliki kebebasan untuk datang dan bekerja di Indonesia.


Potensi = Kesempatan = Masa Depan?

Sering kita jumpai banyak orang berpotensi yang tidak memiliki kesempatan. Saya pernah melihat sebuah tayangan di televisi tentang anak-anak yang berprestasi; ada yang meraih gelar juara olimpiade matematika se-Asia, ada juga yang meraih gelar grandmaster di dunia percaturan. Walaupun anak-anak ini cerdas dan berpotensi, tanpa ditunjang oleh hal-hal lain (‘faktor X’), potensi mereka tidak akan pernah bisa dimunculkan.


Setiap orang pasti memiliki setidaknya satu potensi, meskipun potensi itu sederhana dan kadangkala justru dipandang negatif oleh orang lain. Sebagai contoh: mungkin kita sering merasa terganggu dengan orang-orang yang ceriwis atau suka berbicara; seandainya orang-orang tersebut bisa kita arahkan, latih, dan isi hidupnya dengan hal-hal yang positif dan berkualitas, mereka akan menjadi orang-orang yang sangat potensial untuk menjadi pembicara yang handal. Namun, seringkali yang menjadi persoalan adalah benturan yang kita alami dengan sistem, apalagi jika orang-orang yang potensial ini berasal dari keluarga yang kurang mampu. Terkadang, seseorang yang kaya dengan berbagai potensi tidak menyadari kelebihan yang dimilikinya. Seringkali hal itu disebabkan karena orang yang bersangkutan belum menemukan ‘ladang’ yang tepat untuk menyalurkan dan mengaryakan potensi-potensinya.


Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menggali potensi, antara lain dengan mengikuti pelatihan. Selama ini saya mendapati bahwa sistem pendidikan di Indonesia secara umum cenderung untuk melatih kita menjadi siswa yang pandai, bukan siswa yang cerdas. Padahal untuk bersaing dan menjadi sukses, kita tidak bisa ‘sekadar’ menjadi orang yang pandai – kita membutuhkan kecerdasan.


Pandai VS Cerdas

Pandai lebih mengacu pada kemampuan penguasaan materi; sedangkan orang yang cerdas memiliki kemampuan berpikir sedemikian rupa, sehingga ketika menghadapi kasus-kasus yang tidak pernah ditemukan dalam textbook, ia akan tetap bisa menemukan solusi. Untuk menjadi orang yang pandai hanya dibutuhkan ketekunan. Jika kita tekun membaca buku yang sama berkali-kali, kita akan dapat menguasai isi buku tersebut. Akan tetapi, hafal belaka tidak menjamin bahwa otak kita langsung mengetahui cara penerapannya.


Meskipun kemampuan untuk menghafal itu penting, namun kemampuan untuk menganalisa-lah yang seringkali kita butuhkan jika ingin meraih kesuksesan. Itu sebabnya, orang-orang yang pandai di bangku sekolah belum tentu bisa berhasil dalam dunia kerja; sebaliknya, ada orang-orang yang (mungkin) kurang pandai di bangku sekolah, namun dengan cepat mengalami lompatan ketika diterjunkan dalam dunia kerja karena memiliki intelegensi atau kecerdasan yang bagus.


Tidak jarang pula kita menjumpai orang-orang yang rajin mengikuti berbagai seminar dan pelatihan, namun seakan-akan tidak mengalami kemajuan apapun. Masalahnya bisa bersumber dari dua sisi: yang pertama, karena orang-orang yang mengajar pada seminar atau training tersebut kurang mampu untuk mengomunikasikan apa yang ingin mereka sampaikan. Sebagai akibatnya, para peserta yang ada tidak bisa mendapatkan manfaat secara maksimal. Sisi yang kedua, karena orang yang menghadiri seminar atau training tersebut tidak berusaha untuk memahami apa yang mereka pelajari lebih lanjut. Ketika kita mengikuti suatu seminar atau pelatihan, seringkali kemampuan kita untuk menyerap apa yang disampaikan oleh pembicara tidak lebih dari 50%. Karena itu, usahakanlah untuk mencatat semaksimal mungkin setiap materi yang disajikan, sehingga kita bisa mempelajarinya kembali setelah seminar usai. Semakin sering kita mempelajari materi tersebut, pemahaman kita akan semakin berkembang. Bagaimanapun juga, konsep pikir kita sebagai pendengar harus diselaraskan dengan cara berpikir sang pembicara. Jika kita mencerna apa yang disampaikan oleh pembicara dengan konsep pikir kita sendiri, besar kemungkinan kita akan mengalami misinterpretasi. Ketika kita mulai memiliki cara berpikir yang sama dengan si pembicara, kita hanya perlu mempraktekkan pelajaran yang sudah kita terima dan perubahan pasti akan terjadi.


Salah satu cara untuk menggali dan mengasah potensi tanpa biaya yang mahal adalah dengan bekerja magang pada orang lain. Amati orang-orang yang sudah berhasil, yang memiliki kesamaan potensi seperti yang kita miliki, dan belajarlah untuk ‘mendedikasikan’ diri kepada orang tersebut tanpa memikirkan masalah gaji samasekali. Tetapkan tujuan untuk belajar dari orang yang sudah berhasil ini, karena siapa tahu, di waktu yang akan datang kita dapat meraih keberhasilan di bidang yang sama.


Indonesia adalah bangsa yang besar dan memiliki banyak potensi, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Saya yakin, Anda adalah salah satu sumber daya manusia yang diharapkan untuk bangkitnya Indonesia di masa yang akan datang. Masa depan Indonesia ada di tangan Anda; dengan memunculkan diri sebagai seseorang yang berpotensi dan memiliki mentalitas yang baik, Anda akan menjadi jawaban dan tumpuan bagi masa depan bangsa ini

Bersyukur dan berjuang

Alkisah, di beranda belakang sebuah rumah mewah, tampak seorang anak sedang berbincang dengan ayahnya. "Ayah, nenek dulu pernah bercerita kepadaku bahwa kakek dan nenek waktu masih muda sangat miskin, tidak punya uang sehingga tidak bisa terus menyekolahkan ayah. Ayah pun harus bekerja membantu berjualan kue ke pasar-pasar," tanya sang anak. "Apa betul begitu, Yah?"

Sang ayah kemudian bertanya, "Memang begitulah keadaannya, Nak. Mengapa kau tanyakan hal itu anakku?"

Si anak menjawab, "Aku membayangkan saja ngeri Yah. Lantas, Apakah Ayah pernah menyesali masa lalu yang serba kekurangan, sekolah rendah dan susah begitu?"

Sambil mengelus sayang putranya, ayah menjawab, "Tidak Nak, ayah tidak pernah menyesalinya dan tidak akan mau menukar dengan apapun masa lalu itu. Bahkan, ayah mensyukurinya. Karena, kalau tidak ada penderitaan seperti itu, mungkin ayah tidak akan punya semangat untuk belajar dan bekerja, berjuang dan belajar lagi, hingga bisa berhasil seperti saat ini."

Mendapat jawaban demikian, si anak melanjutkan pertanyaannya, "Kalau begitu, aku tidak mungkin sukses seperti Ayah dong?"

Heran dengan pemikiran anaknya, sang ayah kembali bertanya, "Kenapa Kau berpikir tidak bisa sukses seperti ayah?"

"Lho kata Ayah tadi, penderitaan masa lalu yang serbasusah lah yang membuat Ayah berhasil. Padahal aku dilahirkan dalam keluarga mampu, kan ayahku orang sukses," ujar si anak sambil menatap bangga ayahnya. "Ayah tidak sekolah tinggi, sedangkan Ayah menyuruhku kalau bisa sekolah sampai S2 dan menguasai 3 bahasa, Inggris, Mandarin dan IT. Kalau aku ingin sukses seperti Ayah kan nggak bisa dong. Kan aku nggak susah seperti Ayah dulu?"

Mengetahui pemikiran sang anak, ayah pun tertawa. "Hahaha, memang kamu mau jadi anak orang miskin dan jualan kue?" canda ayah.

Digoda sang ayah, si anak menjawab, "Yaaaah, kan udah nggak bisa memilih. Tapi kayaknya kalau bisa memilih pun, aku memilih seperti sekarang saja deh. Enak sih, punya papa mama baik dan mampu seperti papa mamaku hehehe."

Sang ayah lantas melanjutkan perkataannya, "Karena itulah, kamu harus bersyukur tidak perlu susah seperti ayah dulu. Yang jelas, siapa orangtua kita dan bagaimana keadaan masa lalu itu, kaya atau miskin, kita tidak bisa memilih, ya kan? Maka, ayah tidak pernah menyesali masa lalu. Malah bersyukur pada masa lalu yang penuh dengan penderitaan, dari sana ayah belajar hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan pada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan. Yang jelas, di kehidupan ini ada hukum perubahan yang berlaku. Kita bisa merubah keadaan jika kita mau belajar, berusaha, dan berjuang habis-habisan. Tuhan memberi kita segala kemampuan itu, gunakan sebaik-baiknya. Dimulai dari keadaan kita saat ini, entah miskin atau kaya. Niscaya, semua usaha kita diberkati dan kamu pun bisa sukses melebihi ayah saat ini. Ingat, teruslah berdoa serta berusaha. Belajar dan bekerjalah lebih keras dan giat. Maka, cita-citamu akan tercapai."

Pembaca yang budiman,

Pikiran manusia tidak mungkin mampu menggali dan mengetahui rahasia kebesaran Tuhan. Karena itu, sebagai manusia (puk nen sien cek) kita tidak bisa memilih mau lahir di keluarga kaya atau miskin. Kita juga tak bisa memilih lahir di negara barat atau di timur dan lain sebagainya.

Maka, jika kita lahir di keluarga yang kaya, kita harus mampu mensyukuri dengan hidup penuh semangat dan bersahaja. Sebaliknya, jika kita terlahir di keluarga yang kurang mampu, kita pun harus tetap menyukurinya sambil terus belajar dan beriktiar lebih keras untuk memperoleh kehidupan lebih baik. Sebab, selama kita bisa bekerja dengan baik benar dan halal, Tuhan pasti akan membantu kita! Ingat, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, tanpa orang itu mau berusaha merubah nasibnya sendiri.

Terus berjuang, raih kesuksesan!
Salam sukses luar biasa!!!

Andrie Wongso

Adakah waktu untuk bersenang-senang?

Pernah kah terpikir oleh Anda, bahwa Anda memiliki WAKTU untuk bersenang-senang? Atau apakah Anda termasuk orang yang tidak pernah bersantai? Tidak pernah rileks? Apakah Anda orang yang tidak pernah meluangkan waktu untuk bepergian sekedar untuk bersenang-senang?


Banyak orang di dunia ini tidak memiliki panduan yang mengajarinya bagaimana cara bersantai. Mereka ini bahkan sering menganggap KERJA adalah HOBI. Mereka ini sangat senang bekerja non-stop untuk mencapai tujuan dan imbalan yang sebenarnya tidak jelas. Jika mereka tidak sibuk bekerja, mereka akan merasa cemas dan tertekan.


Yang mengherankan, pada umumnya figur seperti ini dikagumi, dipuja, dihargai, dan membuat orang lain merasa iri karena mereka ini terkesan bisa melakukan segalanya. Mereka selalu datang ke rapat-rapat panitia atau ke berbagai pertemuan bisnis. Satu hal yang mungkin tidak diketahuinya adalah, bahwa apa yang dilakukannya itu bisa berpotensi menjadi sumber kehancuran dirinya maupun keluarganya.


Mereka yang selalu berpacu ini, biasanya penuh dengan ketidaksabaran, menuntut diri sendiri maupun orang lain, dengan harapan-harapan yang tidak realistis, bahkan sering tidak mungkin dicapai. Dan, jika mereka gagal mencapai apa yang dicita-citakan, mereka menemui kesulitan mencari teman untuk berbagi kesedihannya.


Hal ini karena gengsinya yang sudah terlanjur tinggi, akibat banyaknya pujian maupun penghargaan yang mereka terima dari lingkungannya. Atau bisa jadi, ini disebabkan sewaktu masa anak-anak, mereka dilatih untuk mandiri terlalu dini…hehehe… Sehingga saat dia dewasa menjadi merasa terlalu mandiri gitu, merasa nggak butuh bantuan orang lain, bahkan sering menganggap, orang lain lah yang butuh bantuannya, tanpa dia, maka orang lain nggak bisa maju.


Orang-orang semacam ini, umumnya memiliki lebih dari sebuah rencana kerja, bisa dua - tiga, atau beberapa rencana cadangan yang siap untuk mereka realisasikan. Tetapi hal itu seringkali jarang mereka jalankan semuanya. Akhirnya itu hanya mebuang-buang waktu dan energi pikiran…justru menjadikannya semakin buruk.


Ada hal yang selalu membuat geli saya, yaitu ada orang yang selalu serius menghadapi apa saja. Tidak peduli apakah hal itu ringan atau berat, orang ini selalu saja serius saat menghadapinya, sehingga seringkali menjadi tidak tanggap terhadap lingkungan tempat hidupnya…tidak bisa berempati lagi pada orang-orang di sekelilingnya.


Orang-orang semacam inilah yang disebut sebagai gila kerja, pecandu kerja atau workaholic, yang disebabkan oleh komitmen berlebihan terhadap uang, dan rencana yang muluk-muluk, atau bisa jadi juga karena mereka tidak mampu mengenali kekurangannya sendiri. Sehingga mereka menjadikan KERJA sebagai PELARIAN.


Tetapi anehnya lagi, kita bahkan seringkali justru menyanjung-nyanjung para workaholic ini, kita justru memberikan salut kepada mereka para pecandu kerja ini. Kita juga memberinya status oke dan menerima alasannya. Sementara pihak keluarganya tidak kebagian waktu untuk bercengkerama dengannya.


Workaholic atau gila kerja ini sudah masuk kategori penyakit kejiwaan, perasaan tertekan, tidak puas, selalu ingin sempurna menurut standarnya sendiri. Orang ini tidak mau berlibu, tidak bisa bersantai, tidak menyukai akhir pekan, dan tidak berhenti membebani dirinya dengan mengerjakan segala sesuatu sendirian saja.


Target, impian masa depan atau cita-cita memang diperbolehkan dan bahkan disarankan untuk kita buat bagi kesuksesan diri kita sendiri. Tetapi jika itu sudah menjadi obsesif, kompulsif, dan terlalu berambisi untuk mencapai sukses…itu BUKANLAH JALAN untuk mencapai kesempurnaan HIDUP.



Coba tanyakanlah kepada diri Anda sendiri, adakah WAKTU untuk BERSENANG-SENANG ?